Beberapa hari ini saya tidak sempat menulis karena terlibat di Global Islamic Economy Summit – GIES 2016 Dubai. Banyak hal-hal menarik dari para penakluk ekonomi dunia, juga dari kalangan akademisi dan birokrasi. Tetapi diantara sekian banyak pembicara yang diundang, inspirasi yang menurut saya paling menarik justru datang dari seorang pembicara yang nyentrik – seorang pemuda berusia 38 tahun – yang bisa saya sebut sebagai seorang yang bener-bener menaklukkan dunia secara harfiah. Mengapa demikian ?
Pemuda
ini adalah Omar Samra – penjelajah dunia dari Mesir, yang berhasil
menaklukkan puncak-puncak gunung tertinggi di tujuh benua. Tujuh puncak
tertinggi tersebut adalah Everest (Nepal ; 8,850 m), Ancocagua
(Argentina ; 6,962 m), Mount McKinley (Alaska; 6,195 m); Kilimanjaro
(Tanzania; 5,895 m) , Elbrus (Rusia ; 5,642 m) ; Vinson Massif (
Antarctica; 4,897 m) dan Carstensz Pyramid/Puncak Jaya (Indonesia; 4,884
m).
Tidak
hanya menaklukkan puncak-puncak tertinggi, Omar juga berhasil
menaklukkan dua kutub bumi – yaitu Kutub Selatan dan Kutub Utara bumi.
Dan tidak berhenti disini, Omar juga seorang (calon) astronaut yang
tinggal menunggu jadwal penerbangan yang sesuai saja.
Lantas
inspirasi apa yang bisa dipetik dari penaklukan demi penaklukan yang
dilakukan oleh Omar tersebut ? Ini saya sarikan dari apa yang dia
sampaikan di podium dan pembicaraan langsung dengan Omar di back stage –
tempat kami para pembicara GIES 2016 menunggu giliran bicara.
Pelajaran
pertama adalah dari pengalaman Omar mendaki puncak Everest yang
tingginya sama dengan tinggi rata-rata penerbagangan pesawat komersial.
Saking beratnya penaklukkan Everest ini, perlu waktu perjalanan 65 hari
bagi Omar dan team untuk melakukannya.
Juga
jangan dibayangkan perjalanannya mudah, ketika mendekati puncak –
setiap satu langkah Omar harus beristirahat mengambil nafas sambil
memanaskan kembali kakinya. Setiap kali perjalanan terasa begitu berat
dan ingin berhenti, dia memotivasi dirinya kembali dengan hanya berusaha
sekuat tenaga untuk bisa mengangkat satu kaki ke depan kaki yang
lainnya – begitu seterusnya.
Perjalanan
mendaki ke puncak penaklukkan ini juga berlaku sama dalam kehidupan
yang lain – untuk penaklukkan di bidang apa saja. Apapun yang kita ingin
taklukkan dalam kehidupan kita – bila penaklukkan itu memang berarti –
perjalanannya tidak akan mudah.
Rintangannya juga akan datang di setiap langkah yang kita tempuh, maka kita juga harus siap memotivasi diri sendiri agar tetap
semangat untuk bisa mengangkat kaki yang satu ke depan kaki yang
lainnya. Hanya dengan maju selangkah demi selangkah inilah kita akan
bisa mengatasi rintangan demi rintangan dalam perjalanan penaklukkan
kita.
Pelajaran
kedua masih dari penaklukkan Everest, tidak semua team bisa mengantar
Omar sampai ke puncak. Sebagian besarnya hanya sampai di base-camp pada
ketinggian 5,340 m. Team yang mendampinginya sampai ke puncak-pun tidak
bisa sampai puncak secara bersamaan, hanya satu orang yang bisa sampai
puncak pada hari yang sama – dan dua yang lain baru sampai puncak
sepekan berikutnya.
Penaklukkan
kita di dunia nyata – di bidang apapun juga demikian, kita tidak bisa
sendirian – perlu team untuk mengantarkannya. Sampai di manapun mereka
mengantarkan kita, juga apakah bisa sampai puncak pada waktu yang
bersamaan ataupun tidak – mereka tetap team kita. Perjalanan menuju
puncak memang sepi, tetapi kita tidak bisa sendirian – tidak boleh
melupakan siapapun yang terlibat sejak awal perjalanan penaklukkan kita.
Pelajaran
ketiga adalah dari perjalanan Omar ke Kutub Utara – ke tempat di mana
kompas juga tidak lagi menunjukkan arah utara. Ditambah arah angin dan
cuaca yang mudah sekali berubah, menemukan suatu titik di Kutub Utara
bukanlah suatu perjalanan yang mudah.
Seringkali terjadi setelah melakukan perjalanan yang begitu berat ke arah titik yang dikira tujuan
, yang terjadi malah sebaliknya – perjalanan itu ternyata malah menjauh
dari titik tujuan bukan mendekatinya. Perjalanan yang dengan mudah
membuat frustasi ini, hanya bisa disikapi Omar dengan tetap berusaha
terbaik untuk terus melakukannya – hingga bener-bener sampai pada
tujuannya.
Ini
pula yang terjadi pada setiap penaklukkan kita di dunia nyata.
Terkadang kita sudah berusaha bekerja sekuat tenaga kearah pencapaian
tujuan kita – kita kira mendekat – tetapi tidak jarang hasilnya malah
menjauhkan kita dari tujuan semula.
Bahkan
tidak jarang ternyata tujuan yang ingin kita taklukkan tersebut
hanyalah fatamorgana belaka, ketika kita mengiranya sudah mendekat –
ternyata dia malah tidak ada. Maka selain kita harus tetap terus menerus
berusaha sekuat tenaga, kita juga harus make sure bahwa tujuan yang
ingin kita taklukkan tersebut bukanlah fatamorgana.
Bila
kita bisa melakukan tiga hal tersebut di atas yaitu 1) satu langkah
demi satu langkah, 2) jangan lupakan team dan 3) berbuat terbaik untuk
tujuan yang jelas dan bener-bener ada – insyaAllah kita juga bisa
menjadi sang penakluk untuk bidang kita masing-masing. InsyaAllah.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !