Diberdayakan oleh Blogger.

CERITA LETJEN (PURN) YUNUS YOSFIAH TENTANG PRABOWO, THE ECONOMIST, KOMANDAN YANG DISELAMATKAN, DAN FITNAH TENTANG ALAT VITAL

Sabtu, 06 April 2019


(membayangkan prajurit muda ini menggendong komandannya yg terluka sejauh 3Km di medan perang)
👉 Jika ada yg bertanya prestasi Prabowo apa?

By Agi Betha
Untuk mengetahui bagaimana Prabowo ketika muda, salah satu narasumber yang bisa digali kisahnya adalah Letnan Jendral (Purnawirawan) Yunus Yosfiah. Ia adalah atasan Prabowo ketika bertugas sebagai prajurit muda di Timor Timur. Menurut Yosfiah, dari 5 kali penugasan Prabowo ke Timtim, 3 kali diantaranya Prabowo berada di bawah komandonya.
Belum lama saya bertemu mantan Menteri Penerangan di era Pemerintahan Habibie tersebut dan ia menceritakan kenangannya di Timtim bersama prajurit Prabowo. Pada tahun 1975, Mayor Yunus Yosfiah adalah Komandan Resort Militer 164 Wiradharma, Dili, Timor Timur. Sebagai Komandan Korem yang mengomandoi ratusan hingga ribuan anak buah yang silih berganti, Letnan Dua Prabowo adalah sosok anak buah yang paling diingatnya.
Yunus bercerita, pada waktu pertama kali berada di daerah operasi, semua pasukan sudah bersiap berangkat lengkap dengan senjata dan ransel masing-masing. Tapi Yunus keheranan melihat Prabowo menggendong ransel yang lebih besar ketimbang ransel milik prajurit lain. Maka iapun memanggil Prabowo dan menegur:
"Wo, apa isi ransel kamu itu? Kok besar sekali?"
"Bang, saya bawa ini bahan bacaan bang," jawab Prabowo.
Mendengar penjelasan itu, Yunus Yosfiah lalu berpikir, wajar jika seorang prajurit membawa buku atau majalah untuk bacaan di kala waktu senggang di daerah operasi. "Saya berpikir, bacaan Prabowo itu untuk hiburan mengisi waktu."
Tapi karena ia lihat ransel Prabowo begitu besar, maka Yosfiahpun penasaran ingin melihat buku apa yang dibawa prajuritnya. "Begitu saya lihat, ternyata ia bawa majalah ekonomi. Namanya The Economist, yang bahasa inggris itu. Saat itulah saya terenyuh, kok anak ini mau ke daerah operasi bawa majalah ekonomi. Bukan satu, tapi banyak."
Keheranan Yosfiah adalah wajar, karena The Economist yang berpusat di London adalah majalah serius langganan para ekonom dan pelaku bisnis papan atas. Majalah tersebut sangat populer di kalangan pemimpin dan para pengambil keputusan dunia, yang menjadikan berbagai ulasan dan artikelnya tentang ekonomi, sosial, dan politik global, sebagai acuan pemikiran mereka.
Meski Prabowo ketika itu masih menginjak 24 tahun, baru setahun lulus dari Akademi Militer, Yosfiah mengatakan dirinya memaklumi, "Mungkin karena bapaknya seorang ahli ekonomi," katanya. Maka Prabowo sehari-haripun terbiasa melahap bahan bacaan serius tersebut.
Berdasarkan kisah Yunus Yosfiah tersebut, dan jika kemudian kita terbang ke masa kini, maka menjadi pantas jika pada 27 November 2018 lalu, The Economist mendaulat Prabowo Subianto sebagai Pembicara Utama pada acara 'The World in 2019 Gala Dinner' di Singapura. Karena ternyata keduanya, Prabowo dan The Economist, adalah 'kawan lama'.
Undangan istimewa The Economist itu sempat menuai kontroversi dan pertanyaan di tanah air, mengapa mereka memutuskan mengundang Capres Prabowo dan bukan Capres Jokowi. Namun dalam kapasitasnsya sebagai media trendsetter, tentu para petinggi majalah bergengsi itu tidak sembarangan dalam mengambil keputusan memilih Prabowo. Pada catatan resmi Gerindra, Prabowo diundang dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan sebagai Calon Presiden RI. Artinya, selain sebagai politikus, ia juga dimintai pandangan strategisnya ketika terpilih sebagai Presiden Indonesia 2019-2024 nanti. Padahal kandidat presiden ada 2.
Keputusan The Economist kemudian dinilai sangat tepat oleh rakyat Indonesia. Media sosial riuh mengelu-elukannya. Karena Prabowo tidak memalukan ketika tampil di event kelas dunia itu. Ia berhasil menjadi wakil wajah Indonesia yang terdepan. Ia tampil tanpa teks, berbicara dalam bahasa inggris yang fluent, menjawab berbagai pertanyaan dengan tangkas, dan mampu memaparkan berbagai pandangan politik serta gagasan ekonominya secara jernih dan cerdas.
Prabowo sukses memukau para CEO global dan pemimpin perusahaan dunia. Sejumlah CEO yang hadir pada acara tahunan itu adalah pimpinan perusahaan multinasional seperti Citi, EFG International, Franklin Templeton Investments, Hyundai, hingga Pricewaterhouse Coopers.
Kembali kepada cerita Pak Yunus Yosfiah. Berbicara soal kesetiaan dan keberanian, mantan Pangdam II Sriwijaya dan Kasospol ABRI itu juga kagum kepada sosok Prabowo. Dikisahkan, pada sebuah penugasan Prabowo dan teman-temannya harus membersihkan sebuah wilayah yang rawan diduduki musuh. Tiba-tiba Yunus Yosfiah mendengar sayup-sayup rentetan tembakan dari kejauhan. Ia menyadari saat itu sekelompok anak buahnya tengah melakukan penyisiran, tapi ia tak bisa meneropong karena lokasi operasi ada di balik perbukitan Timtim yang terjal.
Yosfiah lalu melakukan pemanggilan lewat radio. Iapun terkejut karena yang menjawab adalah prajurit muda Prabowo, bukan pemimpinnya. Padahal ketika sedang berada di lapangan, otoritas komunikasi melalui radio berada di tangan komandan.
"Lho kok kamu yang jawab, Wo? Mana komandanmu?"
"Siap! Komandan tertembak. Tidak bisa menjawab."
Selanjutnya Prabowo menjelaskan bahwa atasannya tertembak pahanya, kondisinya parah dan mengeluarkan banyak darah, sehingga radio diserahkan kepada Prabowo. Musuh ketika itu mengepung dan menembaki mereka. Yosfiah lalu memerintahkan Prabowo agar membawa komandannya kembali ke markas, bagaimanapun caranya.
Menyadari bahwa komandannya tidak bisa berjalan lagi dan berada dalam kondisi bahaya karena darah yang terus mengucur, maka Prabowo memutuskan untuk menggendongnya. "Mereka berhasil lolos dan Prabowo mengambil tanggung jawab menggendong sampai ke markas. Itu ada sekitar 3 kilometer dengan medan perbukitan yang keras. Syukurlah komandannya selamat dan lukanya bisa dioperasi," tutur Yunus Yosfiah.
Karena cerita masuk ke soal pertempuran dan tentang operasi akibat luka tembak, maka sayapun kepo. Saya memaksa diri menanyakan hal yang sangat sensitif, "Maaf pak, apakah betul Pak Prabowo juga pernah tertembak, maaf, di bagian alat vitalnya hingga parah dan harus dioperasi?"
Kontan Pak Yunus Yosfiah tertawa mendengar itu. Tapi hanya sejenak, karena ia lalu menjelaskan dengan tekanan intonasi tegas,
"Itu..! Saya heran darimana orang fitnah itu. Prabowo tidak pernah tertembak paha atau alat vitalnya. Nah, mungkin yang dimaksud komandan yang ditolongnya itu. Tapi orang yang tidak suka bilang itu Prabowo."
Mendengar penjelasan itu, saya masih penasaran dan ingin menegaskan, "Maaf pak, jadi Pak Prabowo masih 'normal' ya pak, tidak seperti cerita-cerita yang santer beredar itu?"
"Anda coba pikir. Pertempuran terbuka itu selesai sebelum tahun 80. Pak Prabowo menikah 83, lalu setahun kemudian punya anak. Setelah menikah ada dia tugas ke Timtim tapi tidak ada kejadian itu. Bagaimana istrinya mau dinikahi, bagaimana dia bisa punya anak, kalau tidak normal?"
Terjawab sudah teka-teki selama ini. Betapa selama puluhan tahun fitnah keji dan narasi-narasi menjijikkan itu ditimpakan kepada seorang prajurit yang ditugaskan membela tanah air. Entah siapa yang memulai dan menyebarkan. Namun orang yang difitnah itu memilih diam, karena menjawab sebuah kebencian yang telah berkarat hanya akan melahirkan kebencian lain.
Pak Yunus lalu berkisah. Prabowo pernah tertembak kakinya, tapi di sekitar tungkai. Kondisinya cukup parah. Karena bagian itu sangat penting untuk berjalan dan menopang berat tubuh, maka operasi pemulihan harus dilakukan berkali-kali.
Ketika sampai ke cerita soal tungkai itu, saya lalu teringat penuturan salah satu sahabat dekat Prabowo. Ceritanya sama. Akibat tulang di bagian bawah tersebut pernah remuk, maka Pak Prabowo tidak bisa melipat kaki dengan baik. Ia tidak dapat duduk tahiyat dengan sempurna. Tasyahudnya dilakukan dengan menahan sakit. Semua orang yang pernah sholat berjamaah bersama Prabowo tahu itu.
Karena itulah Pak Prabowo menganggap orang lain pasti memiliki gerakan sholat yang lebih baik dari dirinya. Ia bisa saja memimpin pertempuran, karena itu bidang keahliannya. Tapi Prabowo membiarkan orang lain menjadi Imam Sholatnya, karena jikapun ia fasih berbahasa Arab, faseh bacaan doa sholatnya, tetap masih ada orang lain yang lebih sempurna gerakannya.
Allah Maha Melihat, Allah Maha Mencatat. Kesempurnaan ibadah itu tidak hanya dari bentuk, tidak bisa dilihat dari penampakan, tidak cuma dari gerakan. Tapi lebih kepada keikhlasan dan kesetiaan seorang hamba kepada Dia, bangsa dan tanah airnya.
END.

Sudahlah Pak, Ngurus Istri Saja Engkau Tidak Bisa!

Kamis, 14 Maret 2019

"Sudahlah Pak, Ngurus Istri Saja Engkau Tidak Bisa!"

Penulis : Karyono Al-jugjawy

Kerapkali kita mendengar perkataan di atas diucapkan oleh sebagian orang. Jika kita hanya berfikir sepintas, niscaya akan dengan mudah membenarkannya. "Iya ya! Ngurus rumah tangga aja nggak becus, bagaimana mau ngurus negara!" Namun bila mau berfikir jernih, layaklah kita untuk sedikit menelisik. Benarkah Pak Prabowo tidak becus mengurus istrinya?

Baiklah, mari kita telaah. Apa sebenarnya penyebab perpisahan Pak Bowo dan Mbak Titiek. Saya katakan perpisahan, bukan perceraian, karena selama ini belum ada bukti otentik dokumen resmi perceraian beliau dengan Mbak Titiek yang tersiar di media.

Sobat sekalian, tahukah anda bahwa perpisahan Pak Prabowo dengan istrinya adalah konsekuensi atas keteguhan sikap beliau yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan keluarganya?

Ketika mahasiswa mengepung gedung DPR/MPR, Prabowo menolak membubarkan aksi nekat tersebut lantaran mengkhawatirkan terjadinya banyak korban jiwa. Tatkala Amien Rais bersiap menggelar aksi sejuta umat di Monas, malamnya Prabowo menemui ketum PP Muhammadiyah itu guna melobi Pak Amien agar membatalkan aksi tersebut. Prabowo mengkhawatirkan, aparat bakal bertindak represif hingga menyebabkan pertumpahan darah sesama putra bangsa. Amien Rais bersedia menuruti saran Prabowo.

Pertumpahan darah dapat dihindarkan. Sayang, yang sampai ke telinga keluarga penguasa RI-1 justru isu Prabowo bersekongkol dengan kaum reformis.

Sang Mertua murka. Prabowo dipaksa berpisah dari Titiek. Ah, sungguh besar konsekuensi dari keputusan Prabowo demi menghindarkan pertumpahan darah sesama putra bangsa. Beliau harus rela kehilangan karir sekaligus istri tercinta. Tak heran jika Mendiang Gus Dur sampai bilang, "Orang yang paling ikhlas terhadap bangsa ini ya Prabowo!" Dan kita lihat hingga detik ini. Prabowo dan Titiek masih setia dengan ikatan cinta suci mereka. Kalau mau, apa susahnya pria segagah dan setajir Prabowo mencari wanita lain? Apa susahnya pula Mbak Titiek yang wajahnya jelita dan dikenal sebagai Putri Cendana mencari pria lain sebagai pengganti Pak Bowo? Tidak. Ternyata itu tidak pernah mereka lakukan.

Via Instagram: @lenykarengkuan
******************
Tanggapan nitezen:

metri.ayuni
Kisahnya seperti ainun dan habibie kisah cinta setia yg tak lekang oleh waktu😭😭😭😭

yusniasonjo
Pengorbanan .... insha Allah dibalas oleh Allah dengan kemenangan di 17 April nanti...aamiin

dwiyansetiyani
Kasian pak @prabowo Terpisah sama bidadarinya karna fitnah orang2 dzolim...😢😢😢

yanisoeparma
MasyaaAllaj..., terharuuu😭😭

agung__rizki
Politik semua. Pak Prabowo dan Bu Titik dipaksa cerai karena fitnah org2 yg iri pada beliau. Yg memfitnah dia adalah org2 yg selalu menggoreng isu pelanggaran HAM dan kerusuhan 1998. Kita bisa tau org2 tsb ada di kubu mana.
agung__rizki
Pas pilpres udh deket mereka selalu menggoreng isu 1998. Pilpres udh selesai diem. Mirip cewek yg lg mens tp cuma 5 tahun sekali.

nienu98
Jangan suka memvonis orang kalau kita sendiri tidak tahu yang terjadi sebenar- benarnya karena sedikit kita berprasangka tidak baik akan menjadikannya fitnah yang nantinya akan dipertanggungjawabkan ,kalau tidak suka sama orangnya jangan menyerang personal pribadinya bukan menggurui tetapi mengingatkan.

nurmuhidayanti
Love you @prabowo@titieksoeharto 😘😘😘😘
kayuhan_biduk
Udah pernah baca dan nonton dr penjelasan Alm. Munir yg real aktivis HAM. Yg bikin sy tambah semangat pilih prabowo, adalah para jendral orba yang sangat takut jika prabowo jd pemimpin. #2019gantipresiden

zaskia_ellena
tak kenal maka tak sayang.. baru mengenal beliau ..😍@prabowo

OPERASI BUSUK YANG GAGAL TENGGELAMKAN ANIES BASWEDAN

Rabu, 06 Maret 2019


Para bandar menggelar rapat akbar. Agendanya pasti akbar. Gak main-main, menusuk jantung Ibu Kota. Bukan Istana, tetapi Balai Kota.
Agenda busuk itu cuma satu: tenggelamkan sang Gubernur. Alasannya juga satu: Anies membuat bisnis gelap gulung tikar. Mereka gak suka cahaya. Tabiat kelompok yang biasa dengan kesuraman dan kegelapan.
Operasi busuk itu dimulai dari menenggelamkan sang mantan Menteri Pendidikan ini. Caranya gampang: jangan beritakan, kecuali bongkar keburukannya.
Bukannya dalam tiap kunjungan dan kinerja seorang Gubernur selalu ada reporter yang ditugaskan mendampingi dan meliput? Benar. Tugas saja. Tetap liputan. Tapi hasil liputan itu hanya membeku di meja redaktur. Jangan sampai ada yang diberitakan.
Wajar jika kawan-kawan di belakang Pak Gubernur ada yang berseloroh: wartawan mah ramai, tapi berita tak ada yang naik.
Sangat mencolok perbedaannya dengan Gubernur provinsi sebelah yang selalu diberitakan bahkan sejak berencana. Dia membuat desain, diberitakan. Wakilnya berencana mengundang Ustadz Abdul Somad, diberitakan. Sudut taman tentang tokoh tukang pacaran dan tawuran, diramaikan.
Nah, operasi busuk kepada sang Gubernur jago menulis ini, tampaknya berhasil. Berita tentangnya sangat minim. Cek saja kalau tidak percaya. Baca media mainstream dalam sepekan. Tandai berapa kali berita tentang Anies Baswedan. Kalau ada, paling dua. Kok dua? Satu tak solutif, lebih sering heboh tapi gak ada hasil.
Apakah Anies benar-benar tenggelam? Ya gaklah. Kan kaidahnya jelas: siapa bersama rakyat, ummat, dan ulama, serta orang-orang baik maka dia akan selalu dikenang dan menang.
Ia tak perlu mempromosikan diri. Karena para malaikatlah yang akan menggerakkan jemari kebanyakan manusia untuk mencari tahu tentangnya.
Tetapi tetap saja, harus ada ikhtiar. Maka Anies dengan sadar mengoptimalkan media sosial yang dimilikinya.
Cek postingannya, semua tentang kinerja atau keteladanan. Berbeda jauh dengan Gubernur Akan yang romantis-romantisan saat banjir mengepung salah satu kabupaten di provinsinya. Kok beda? Kan postingan menunjukkan kelasnya.
Akhirnya para konspirator kian kelabakan. Setelah reklamasi ditutup, hotel maksiat dihentikan, air akan dikembalikan ke negara untuk rakyat, serta ratusan kinerja lainnya, mereka harus menelan ludah, menggigit jari, dan berteriak ke media soal rotasi ribuan jabatan di tingkat kecamatan dan kelurahan di seluruh Ibu Kota. Mereka sok mempertanyakan kemungkinan lelang jabatan juga indikasi adanya kolusi dan nepotisme.
Padahal, kemarahan mereka bukan karena itu. Lah kan mereka komplotan? Cek data caleg dan pejabat pelaku korupsi, mereka juaranya.
Terus, ngapain mereka ramai? Selalu karena ada kepentingannya yang dijegal. Emang kepentingan apaan?
Rotasi besar-besaran sang Gubernur demi mengamankan suara rakyat. Karena adanya indikasi kecurangan yang diembuskan.
Wajar jika marah. Karena panik dan semakin yakin kalah.
Kasihan ya. Lelah-lelah menggelontorkan dana, eh dibatalkan oleh dua langkah: kertas dan tanda tangan.
Ini baru tanda tangan yang benar, bukan tanda tangan dari sosok yang tidak membaca apa yang ditandatangani.
Selamat, Pak Anies. Kami mendukungmu sampai Indonesia Menang.
Pirman
Pecinta Keluarga Sejati

Sumber: Account Facebook

Ketika AH. Nasution Mendapat Gelar Jendral Besar

Jumat, 25 Januari 2019


Reposted from @infokomando - 
Banyak yang DM @infokomando terkait beredarnya foto Mayjen TNI Kivlan Zein dan Mayjen TNI Prabowo Subianto (saat itu) sedang memegang lengan Jenderal Besar A.H Nasution dengan keterangan jika kedua Jenderal tersebut sedang menggiring pak Nas keluar dari rumah duka menjelang mantan Wapres ke 3 RI Adam Malik tahun 1984 tersebut disemayamkan.

Perlu diluruskan, foto diatas sebenarnya diambil sekitar tahun 1997 dimana Pak Nas usai dianugrahi gelar jenderal bintang 5 (besar) yang diberikan oleh Presiden RI Soeharto atas jasa Pak Nas selama mengabdi sebagai prajurit TNI.

Penganugerahan tersebut diberikan tepat di HUT TNI pada tanggal 5 Oktober 1997.

Pada foto terlihat jelas baret yang dikenakan Pak Nas terdapat tanda bintang lima. Kemudian terkait Mayjen TNI Kivlan Zein dan Mayjen TNI Prabowo Subianto memegang lengan Pak Nas, tak lain karena Pak Nas saat itu sedang kesulitan jalan mengingat salah satu kakinya "cacat" akibat terjatuh dan patah saat terjadinya malam G30S/PKI disamping usianya yang cukup tua. Untuk itu kedua jenderal tersebut membantu Pak Nas jalan dengan cara dipapah kedua lengannya.

Cukup dilogika saja, jika foto tersebut benar diambil tahun 1984, maka pangkat Mayjen Kivlan Zein dan Mayjen Prabowo seharusnya belum jenderal melainkan Kapten atau Perwira pertama (Pama) tidak seperti yang ada di foto.

Foto ini viral karena dijadikan sebagai gambar ilustrasi oleh seorang penulis, tapi karena tidak adanya keterangan foto yang disertakan pada gambar akhirnya membuat foto tersebut disalahgunakan untuk membuat konten HOAX oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
.
"Jangan belokkan sejarah"
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ekspresi Bebas Arowan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger