Diberdayakan oleh Blogger.

Puluhan Pemberontak Syiah Houthi Mati Sabtu Kemarin

Rabu, 29 April 2015


Sekitar 27 orang telah menemui ajal  di Yaman sepanjang Sabtu (25/4) kemarin. Pertempuran berkecamuk di kota-kota selatan antara pemberontak Syiah Houthi dan loyalis Presiden Abedrabbo Mansour Hadi. Setidaknya empat loyalis Hadi dan enam anggota milisi Syiah Houthi tewas dalam bentrokan fajar di kota Daleh, utara kota utama selatan Aden.
“Delapan lebih anggota pro hadi tewas dalam penyergapan,” ujar pejabat setempat dilansir dari Al Arabiya, Ahad (26/4).
Lebih jauh ke timur, di Loder, pasukan loyalis Hadi menewaskan sembilan anggota syiah Houthi dalam serangan granat roket. Ada juga bentrokan berat di Aden dimana pesawat tempur Arab Saudi terus menyerang posisi pemberontak Houthi. Targetnya yakni Istana Kepresidenan yang saat ini dikuasai pemberontak syiah Houthi. Pesawat-pesawat tempur Arab Saudi juga membom Houthi yang menguasai pangkalan udara Al-Anad utara dari Aden.
Pertempuran di Yaman belum juga berhenti meski sudah ada seruan PBB untuk menggelar dialog antara kubu yang bertikai. Malah sekarang, pertempuran darat menghancurkan pemberontakan syiah Houthi bertambah sengit setelah turunnya mujahidin Daulah Islam yang menyerukan seluruh kekuatan Islam bersatu melawan pemberontak Syiah yang didukung Iran.
Dari data resmi PBB, setidaknya konflik Yaman sudah menewaskan 1.000 orang lebih terhitung sejak akhir Maret hingga sekarang. Data ini belum termasuk 115 anak anak yang juga turut tewas.(rz)

Sumber: Era Muslim

Jangan Pernah Sekali-Kali Katakan Ini Pada Anakmu.!


Anak adalah anugrah yang terindah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang tua, sehingga setiap orang tua ingin anak nya berhasil dan sukses dalam meniti kehidupan baik di dunia dan di akhirat. Seorang ibu adalah pendidik pertama dan utama untuk anak-anaknya, oleh karena itu, sebagai ibu kita perlu mengupgrade diri tiap hari agar bisa mendidik anak-anak kita sesuai dengan zaman di mana mereka hidup.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu,” demikian pesan Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab. Pesan yang sungguh singkat dan mudah diingat.
Salah satu cara mendidik anak tentu saja melalui perantara lisan, sayangnya… banyak orangtua khususnya ibu, yang belum memahami pentingnya menjaga kata-kata di depan anak, karena dapat berpengaruh besar pada perkembangan diri, psikologis, dan konsep diri anak.
Berikut ini, 8 hal yang sebaiknya tidak dikatakan kepada anak, terutama usia sampai dengan tujuh tahun:
1. Memberikan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
“Kamu anak yang pelit!”
“Kamu pemalas!”
“Kamu gendut!”
“Kamu nakal!”
Jenis pernyataan semacam itu dapat menyakiti perasaan anak-anak. Mereka akan menjadi seperti yang orang tua mereka katakan. Sungguh berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu bisa berarti doa untuk anak-anaknya.
Sebaliknya, katakanlah hal-hal positif kepada anak. Jika anak menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu begitu bodoh!”; Katakan sesuatu yang lain. Sebagai contoh, katakanlah, “Jika kamu belajar lebih baik, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada ini karena kamu sebetulnya adalah anak pintar.” Bukankah kata-kata seperti ini akan lebih menenangkan hati anak kita?
2. Jangan katakan “Jangan Ganggu, Ibu Sibuk!”
Hal ini tampaknya seperti hal yang normal. Seorang ibu sibuk memasak di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca berita menarik di koran. Atau mungkin juga melanjutkan tugas yang dibawa dari kantor. Lalu ia mengunci diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta dia untuk sebuah bantuan. Dalam situasi yang ketat, orang tua dapat berteriak pada anak itu, “Jangan ganggu aku! Aku sibuk! ”
Menurut Suzette Haden Elgin PhD., penulis yang juga seorang pelatih bela diri verbal dikutip dari parenting.com, bahwa jika orang tua bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tidak berarti karena jika mereka meminta sesuatu pada orang tua mereka, mereka akan diberitahu untuk pergi.
Bayangkan… Jika sikap seperti itu diterapkan pada anak-anak kita, maka sampai mereka tumbuh dewasa, kemungkinan besar mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan orangtua.
Di sisi lain, Suzette menyarankan bahwa jika memang sedang benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak untuk melakukan kegiatan lain sebelum kita membantu mereka. Misalnya, jika mereka meminta bantuan dalam melakukan pekerjaan rumah mereka dan kondisinya kita sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untuk melakukan aktivitas lain terlebih dahulu seperti menonton TV. Lalu kemudian, datanglah kepada mereka untuk membantu, asalkan gangguan tersebut tidak terlalu lama.
3. Jangan katakan “Jangan Menangis!”
Berurusan dengan anak-anak yang bertengkar dengan teman-teman mereka atau merasa kecewa karena perlakuan tertentu harus dilakukan secara bijaksana. Tidak perlu untuk memarahi atau meminta anak-anak anda untuk tidak cengeng. Banyak anak yang mengalami hal tersebut, orang tua mengatakan pada mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”, “Jangan takut!”
Menurut Debbie Glasser, seorang psikolog anak, mengatakan kata-kata tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa perasaan sedih adalah sesuatu hal yang tidak umum, bahwa menangis bukanlah hal yang baik, sedangkan menangis sendiri merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang setiap manusia miliki.
Oleh karena itu, untuk menangani masalah ini, akan lebih baik untuk meminta anak-anak menjelaskan apa yang membuat mereka sedih. Jika mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh teman-teman mereka, jelaskan pada mereka bahwa perilaku teman-teman mereka adalah tidak baik.
Dengan memberikan mereka gambaran perasaan yang mereka rasakan, orang tua telah memberikan mereka pelajaran empati. Anak-anak yang menangis akan segera menghentikan atau setidaknya mengurangi tangisan mereka.
4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
“Lihatlah kakakmu, dia bisa melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga?”
“Temanmu bisa menggambar dengan bagus, kenapa kamu tidak?”
“Dulu ketika kecil ibu bisa begini begitu, masa kamu tidak bisa?!”
Perbandingan hanya akan membuat anak anda merasa bingung dan menjadi kurang percaya diri. Anak-anak bahkan mungkin membenci orang tua mereka karena mereka selalu mendapatkan perlakuan buruk dari perbandingan tersebut (terhadap kakak, adik, atau anak-anak lain), sedangkan perkembangan setiap anak berbeda.
Daripada membandingkan anak-anak, ibu sebaiknya membantu untuk menyelesaikan persoalannya. Misalnya, ketika anak mengalami masalah mengenakan pakaian mereka sementara saudara mereka bisa melakukannya lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untuk melakukannya secara benar.
5. Jangan katakan “Tunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu dihukum ayah”
Ada kalanya seorang ibu berada di rumah bersama anak-anak mereka tetapi tanpa ayahnya. Ketika anak-anak melakukan kesalahan, ibu tidak segera memberitahu anak-anak tentang kesalahan yang mereka buat. Si ibu hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti menunggu sampai ayahnya yang akan menghukum nanti.
Menunda mengatakan kesalahan hanya akan memperburuk keadaan. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu menceritakan kembali kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan sehingga anak-anak menerima hukuman yang lebih dari seharusnya.
Ada kemungkinan juga orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya dikoreksi terabaikan. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk tidak menunda dalam mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak-anak sebelum menjadi lupa sama sekali, dan
6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Rupanya, memberikan pujian dengan mudah juga bukan hal yang baik. Memberikan pujian dengan mudah akan terkesan “murah”. Oleh karena itu jika seorang anak melakukan sesuatu yang sederhana, tidak perlu memuji dengan “Luar Biasa! Luar Biasa!” Karena anak secara alamiah akan mengetahui hal-hal yang dia lakukan dengan biasa-biasa saja atau luar biasa.
Yang perlu diperhatikan juga, pujilah sikap anak kita, dan jangan memuji dirinya atau hasil perbuatannya. Sekiranya ia mendapat hasil bagus di sekolah, pujilah “Alhamdulillaah, Ibu bangga dengan kerja keras kamu sehingga kamu mendapat nilai baik!”
Jika kita memuji hasil yang dilakukan anak dan bukan sikapnya, sangat mungkin anak kita akan berfokus pada hasil dan tidak peduli dengan sikap/ karakter yang baik, misalnya… demi mendapat nilai ujian bagus, anak akan rela mencontek atau bertanya pada teman ketika ujian.
7. Jangan Katakan “Kamu Selalu…” atau “Kamu tidak pernah…”
Janganlah melontarkan kalimat dengan “Kamu selalu….” atau “Kamu tidak pernah…”. Memang, kata-kata ini kadang refleks langsung terucap oleh orangtua, namun hindarilah penggunaan kalimat ini.
“Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dalam pernyataan “Kamu selalu…” dan “Kamu tidak pernah” adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak,” ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis.
Berman mengungkapkan, kedua pernyataan yang kerap dilontarkan oleh orang tua ini akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan terhadap dirinya. Bila orangtua mengatakan sang anak selalu lupa menelepon ke rumah jika pulang terlambat, maka ia akan menjadi anak yang tidak pernah menelepon ke rumah.
“Sebaliknya, bertanyalah kepada anak tentang apa yang bisa orangtua lakukan untuk membantu dia mengubah kebiasaannya. Misalnya, ‘Ibu perhatikan kamu sering lupa membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yang bisa Ibu bantu supaya kamu ingat untuk membawa bukumu pulang?’. Pernyataan seperti itu akan membuat anak merasa terbantu dan nyaman,” jelas dr Berman.
8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja!”
Pernyataan lainnya yang harus kita hindari adalah “Bukan begitu caranya. Sini, biar Ibu saja.” Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ini jika mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, namun anak tidak melakukannya seperti yang dikehendaki. Dr Berman mengatakan, orang tua harus menghindari pernyataan ini.
“Ini sebuah kesalahan, karena ia (anak) menjadi tidak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana cara melakukannya,” saran dr Berman.

sumber: (ummi-online)

Isu Lokalisasi Cara Ahok Alihkan Perhatian Publik dari Kinerjanya yang Buruk

Selasa, 28 April 2015


Setelah ide mendirikan toko khusus miras, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melontarkan isu untuk melegalkan kegiatan pelacuran (prostitusi) di Jakarta. Walau masih sebatas ide dan menunggu respon masyarakat, ide ini sudah membuat gaduh publik. Seringnya Ahok melontarkan ide-ide kontroversi dianggap untuk mengalihkan publik terhadap kinerjanya sebagai gubernur.

"Dia (Ahok) sudah tahu, toko khusus miras apalagi legalisasi prostitusi akan ditolak mayoritas warga Jakarta. Tapi sengaja dilemparkan ke publik agar kita gaduh dan lupa mengawasi kinerja pemprov DKI yang dipimpinnya,” ujar anggota DPD asal DKI Jakarta Fahira Idris di Komplek Perlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/04).

Fahira mengatakan, saat ini banyak isu-isu baik kinerja maupun kebijakan termasuk janji-janji Ahok yang belum terealisasi sehingga tidak boleh lepas dari perhatian publik.

“Kalau ada setiap persoalan seperti miras dan prostitusi, solusi Ahok legalisasi itu artinya dia pemimpin yang malas mikir. Ide-ide ngawur-nya tetap kita tolak, tetapi warga tetap terus kritisi kinerja dan kebijakannya dan terus tuntut janji-janji Ahok,” tukas Wakil Ketua Komite III DPD ini.

Fahira meminta warga DKI juga terus fokus mengkritisi kinerja Ahok terutama bidang kesejahteraan dan kebijakan pembangunan. Saat ini jumlah warga miskin di Jakarta semakin bertambah dari  371.000 jiwa pada 2013 menjadi 412.000 jiwa pada 2014. Ini artinya ada kemunduran dalam peningkatan program kesejahteraan warga yang dalam APBD anggarannya begitu besar.

Sebelumnya, DPRD DKI Jakarta telah mengadakan sidang paripurna penyampaian rekomendasi DPRD terhadap Laporan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Gubernur DKI Jakarta untuk tahun 2014, Kamis (23/4) lalu. Secara resmi, ada 10 catatan DPRD atas kinerja Pemprov DKI tahun 2014: 

1. Pendapatan tercapai hanya Rp 66,8 persen atau hanya Rp43, 4 triliun lebih dari rencana Rp65 triliun lebih;
2. Belanja yang hanya terealisi 59,32 persen adalah merupakan belanja terendah ibu kota negara dan jika belanja terealisasi 100 persen maka akan terdapat defisit anggaran sebesar Rp 20 triliun;
3. Di sektor pembiayaan realisasi PMP (penyertaan modal pemerintah) hanya 43,62 persen yag terdiri dr kegagalan realisasi PMP pada PT KBN, PT Pam Jaya, dan PT Food Station;
‎4. Kenaikan NJOP yang semena-mena tanpa perhitungan yang matang sangat memberatkan beban rakyat maka agar dike‎mbalikan seperti tahun 2013;
5. Kenaikan angka kemiskinan dari 371 ribu orang pada tahun 2013 meningkat menjadi 412 ribu orang pada tahun 2014 menunjukan kegagalan Pemda Jakarta dalam menyejahterakan masyarakat;
6. Pemberian izin reklamasi pantai oleh gubernur adalah melanggar Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Pantai, Peraturan Presiden Nomor 122 tahun 2012 tentang Reklamasi Pantai sehingga izin yang sudah dikeluarkan harus dicabut;
7. Gubernur DKI Jakarta belum mampu mempertahankan aset-aset Pemda DKI Jakarta yang berperkara di pengadilan;
8. ‎Penerimaan corporate social responsibility (CSR) selama ini tidak dikelola dengan transparan, DPRD minta untuk diaudit;
‎9. Gubernur melanggar perundang-undangan khusu
snya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2007 Pasal 22  tentang Organisasi Perangkat Daerah berkenaan dengan penghapusan jabatan wakil lurah;
10. DPRD menilai kinerja Pemda dan aparatnya pada tahun 2014 buruk.

SUMBER

SBY: Utang Indonesia ke IMF Lunas Tahun 2006

Senin, 27 April 2015


Tidak mungkin Joko Widodo berdusta dan menyatakan tentang apa yg SBY klarifikasikan di bawah ini. Ini fitnah!
Walau pun plunga-plongo (mengikut banyak yg men-share menggunakan kata ini), Joko Widodo adalah presiden pertama yg naik radar... Eh mercusuar... Eh... Mindahin mercusuar... Eh... Pokonya gitu deh...
Walau pun plunga-plongo, Jokowi adalah presiden pertama yg tegas kepada Bank Dunia bahwa Indonesia mau ngutang... Eh tuh kan salah lagi...
Pokonya gitu deh... Pokonya Jokowi adalah presiden pertama... Eh.. Soekarno deng... Gimana sih ini?
*mengenai Jokowi plunga-plongo dan presiden pertama yg bla bla bla... Baca sendiri deh status yg dicopy paste oleh para pemujanya... smile emotikon
.........................................................................................
Lihat nih Klarifikasi dari Pak Be-Ye
Saya terpaksa menanggapi dan mengoreksi pernyataan Presiden Jokowi menyangkut utang Indonesia ke IMF. Kemarin, tanggal 27 April 2015, harian Rakyat Merdeka memuat pernyataan Pak Jokowi yang intinya adalah Indonesia masih pinjam uang sama IMF. Berarti kita masih punya utang kepada IMF. Maaf, demi tegaknya kebenaran, saya harus mengatakan bahwa seluruh utang Indonesia kepada IMF sudah kita lunasi pada tahun 2006 yang lalu. Keseluruhan utang Indonesia terhadap IMF adalah US$ 9,1 miliar, jika dengan nilai tukar sekarang setara dengan Rp. 117 triliun, dan pembayaran terakhirnya kita lunasi pada tahun 2006, atau 4 tahun lebih cepat dari jadwal yang ada. Sejak itu kita tidak lagi jadi pasien IMF.
Saya masih ingat mengapa keputusan untuk melunasi semua utang IMF 4 tahun lebih cepat dari jatuh temponya itu saya ambil. Memang, sebelum keputusan final itu saya ambil, sejumlah pihak menyarankan agar lebih baik pelunasannya dilaksanakan secara bertahap, agar tidak mengganggu ketahanan ekonomi Indonesia. Tapi saya berpendapat lain. Lebih baik kalau utang itu segera kita lunasi. Ada 3 alasan saya mengapa keputusan dan kebijakan itu saya ambil. Pertama, pertumbuhan ekonomi kita waktu itu telah berada dalam tingkatan yang relatif tinggi. Jadi aman untuk menjaga ketahanan ekonomi makro dan sektor riil kita. Di sisi lain, disamping kekuatan fiskal kita aman, dari segi moneter cadangan devisa kita juga relatif kuat. Kedua, dengan telah kita lunasi utang IMF tersebut, kita tidak lagi didikte oleh IMF dan negara-negara donor. Tidak didikte dalam arti perencanaan pembangunan kita, termasuk APBN dan juga penggunaan keuangan kita, tidak harus mendapatkan persetujuan dari IMF. Saya tidak ingin pemerintah disandera. Kita harus merdeka dan berdaulat dalam mengelola perekonomian nasional kita. Saya masih ingat, ketika masih menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (tahun 1999-2000), saya harus "melaporkan" dulu kepada negara-negara donor yang tergabung dalam forum CGI berkaitan dengan kebijakan dan rencana kementerian yang saya pimpin, utamanya menyangkut APBN. Situasinya sungguh tidak nyaman. Pernah saya diminta untuk menaikkan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik secara serentak dengan angka yang sangat tinggi. Hal itu saya tolak, karena pasti ekonomi rakyat akan menjadi lebih buruk. Sedangkan alasan yang ketiga, selama Indonesia masih punya utang kepada IMF, rakyat kita merasa terhina (humiliated). Dipermalukan. Di mata sebagian rakyat, IMF diidentikkan dengan penjajah. Bahkan IMF-lah yang dianggap membikin krisis ekonomi tahun 1998 benar-benar buruk dan dalam.
Setelah utang IMF kita lunasi, saya juga ingat ketika para pemimpin IMF (Managing Director) satu-persatu berkunjung ke Indonesia dan menemui saya di kantor Presiden, mulai dari Rodrigo de Rato (2007), Dominique Strauss-Kahn (2011) hingga Chistine Lagarde (2012). Saya menerima kunjungan mereka dengan kepala tegak. Bahkan, pada kunjungan pemimpin IMF tahun 2012, IMF berharap Indonesia bisa ikut menaruh dananya di IMF karena kita telah menjadi anggota G20, dengan peringkat nomor 16 ekonomi besar dunia. Pasalnya, IMF kekurangan dana untuk digunakan membantu negara yang mengalami krisis berat dan perlu penyelamatan dari IMF. Artinya, tangan kita tidak lagi berada di bawah, tetapi sudah berada di atas.
Jika yang dimaksudkan Presiden Jokowi, Indonesia masih punya utang luar negeri, itu benar adanya. Utang Indonesia ada sejak era Presiden Soekarno. Meskipun, ketika saya memimpin Indonesia (2004-2014) rasio utang terhadap GDP terus dapat kita turunkan. Jika akhir tahun 2004 rasio utang terhadap GDP itu sekitar 50,6 %, di akhir masa jabatan saya tinggal sekitar 25 %. Artinya, jika dulu separuh lebih GDP kita itu untuk menanggung utang, maka tanggungan itu telah kita turunkan menjadi seperempatnya. Tetapi, kalau yang dimaksudkan Pak Jokowi bahwa kita masih punya utang kepada IMF, hal itu jelas keliru. Kalau hal ini tidak saya luruskan dan koreksi, dikira saya yang berbohong kepada rakyat, karena sejak tahun 2006 sudah beberapa kali saya sampaikan bahwa Indonesia tidak berhutang lagi kepada IMF. Rakyat pun senang mendengarnya. Saya yakin Pak Jokowi yang waktu itu sudah bersama-sama saya di pemerintahan, sebagai Walikota Surakarta, pasti mengetahui kebijakan dan tindakan yang saya ambil selaku Presiden.

Dear Anggota DPRD DKI, Kenapa Anda Tidak Bisa Lengserkan Ahok?


Dear, anggota DPRD DKI Jakarta

Saya sangat heran dan tidak habis pikir, mengapa sampai hari ini anda belum juga dapat melengserkan Ahok.
Bukankah hasil investigasi dari tim Hak Angket sudah merekomendasikan fakta 4 pelanggaran yang dilakukan Ahok ???

Ditambah lagi:

1.Pelanggaran etika dan norma kesantunan yang dilakukannya. Seperti umpatan kotor nan menjijikan itu.

2. Penistaan terhadap norma agama, dengan mengatakan alkohol adalah halal. Dan melegalkan peredaran miras.

3. Pelecehan terhadap harkat dan martabat kaum wanita, dengan melegalkan prostitusi, Sertifikasi PSK, mengizinkan penyelenggaraan Bikini Party.

Apa yang anda tunggu, wahai anggota dewan yang terhormat?? mengapa anda mundur lagi kebelakang dengan menggelar Hak Mendengar Pendapat??

Wahai anggota dewan, anda ini adalah wakil rakyat pemikul amanah masyarakat Jakarta. Saat ini anda sedang memiliki kekuasaan, gunakan kekuasaan tersebut dengan sebaik-baiknya agar nanti anda dapat mempertanggung jawabkan jabatan anda tersebut dihadapan pengadilan Allah SWT, pengadilan Yang Maha Adil dan Maha Haq.

Wahai Pejabat Pemprov DKI Jakarta, anda pun harus memiliki keberanian menolak atasan anda, pabila atasan anda menganjurkan atau memerintahkan perbuatan maksiat. Apakah anda takut dipecat?? Apakah anda kuatir tidak memiliki penghasilan??? Apakah anda lupa siapa penjamin hidup dan pemberi rezeki ???

Sekali lagi, Wahai anggota dewan dan pejabat Pemprov DKI Jakarta, tolong jawab pertanyaan ini dengan hati nurani anda dan bertindaklah sesuai sumpah jabatan anda dan sumpah anda kepada Allah SWT dikala Shalat membaca do'a takbiratul ihram dan makna dari syahadatain. Kalau anda masih ragu dan takut, berarti keTauhidan anda sangat patut diragukan. Bertaqwalah !! Sami'na wa atho'na !!!

Salam rebut Kemerdekaan !!!

Bang Rudy Razi

___ 
CATATAN:

4 pelanggaran Ahok menurut hasil investigasi Tim Hak Angket:

1. Gubernur DKI Jakarta telah melakukan pelanggaran terhadap UU sebagaimana diatur dalam UU nomor 11 tahun 2013 Pasal 34 ayat 1 uu no 23 thn 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah tahun 2008.

a. Sekretaris daerah atas nama gubernur telah nyata dan sengaja, mengirimkan outline rancangan anggaran 2015 kepada Kementerian Dalam Negeri yang bukan hasil persetujuan dan pembahasan bersama.

b. Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengabaikan kewenangan fungsi DPRD, dalam rangka fungsi anggaran berupa pengajuan usulan dalam rancangan APBD, sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat 3 dan 5 UU nomor 11 tahun 2003.

c. Gubernur DKI Jakarta telah melanggar UU dan peraturan terkaitnya yang berlaku dalam pembahasan dan pengesahan APBD.Next

2. Gubernur DKI Jakarta telah melakukan pelanggaran UU di dalam penyelenggaraan sistem informasi keuangan negara, yang dianalisiskan dalam tingkat daerah dalam bentuk e-Budgeting.

3. Gubernur DKI Jakarta Telah melanggar etika dan norma, dalam melaksanakan kebijakan, dalam melakukan tindakan menyebarkan fitnah terhadap institusi dan anggota DPRD dengan menyatakan bahwa "DPRD sama seperti dewan perampok daerah".

Tindakan tersebut merupakan penistaan, penghinaan terhadap lembaga institusi negara yang akan menggangu pola kerja pemerintah daerah. Selain itu beberapa ucapan kata-kata yang terlontar dari gubernur seperti 'bajingan, brengsek, lo pikir pake otak, gebrak meja dan marah-marah gebrak mobil', dari akun youtube dan media online.

4. Gubernur DKI Jakarta telah melakukan pelanggaran terhadap UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 67, bahwa kewajiban kepala daerah dan wakil untuk mentaati ketentuan dalam UU.

*dari fb Rudy Razi (28/4/2015)

Kalo kata Bang Jonru:
Saya sangat setuju pemberian sertifikat PSK di Jakarta. Dengan syarat: Istri, anak perempuan dan saudara perempuan Anda menjadi orang pertama yang jadi PSK di sana. Setuju?

Kalau tak setuju, berarti seharusnya Anda mulai ‪#‎Mikir‬.
Doyan banget mendukung maksiat!

Presiden Penipu, Ngomongnya Apa, Realitanya Apa


Pemerintah Indonesia tidak anti terhadap lembaga keuangan internasional dan meminta lembaga-lembaga keuangan internasional berperan lebih besar dalam membantu negara-negara yang sedang "sakit" dan miskin.

"Perlu sebuah tatanan keuangan global yang baik yang juga memperhatikan negara-negara miskin dan sakit," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum keberangkatan ke Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN ke-26 di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta, Minggu.

Menurut dia, negara-negara yang sakit dan kurang atau miskin perlu diberi suntikan agar mereka dapat sehat.

"Tapi jangan yang memberatkan, yang memberi rangsangan untuk pertumbuhan ekonomi," katanya.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia tidak anti terhadap keberadaan lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB).

"Siapa bilang kita anti, kan kita masih pinjam ke sana," katanya.

Sebelumnya dalam Peringatan KAA ke-60, Presiden Jokowi menyampaikan pandangannya mengenai keberadaan lembaga keuangan internasional IMF, Bank Dunia dan ADB.

Negara-negara di dunia tidak bisa tergantung kepada lembaga keuangan internasional tersebut.

SUMBER

Dear Jokowers,
Kenapa Anda masih percaya pada pemimpin yang omongannya tak bisa dipegang?

Jonru

Kopiah yang (masih) Dicibir


SOAL kopiah hitam, alias peci alias songkok, di kepala Wali kota Bandung, Ridwan Kamil, rupanya bikin sewot segelintir orang. Dengan kopiah dan kacamatanya, Emil dianggap begini begitu, belagu, sok tiru mantan presiden nan prokalmator. Syukurnya, Emil setia dengan satu perempuan selaku pendamping hidup; kalau saja ia punya istri lebih dari satu… ah masih disangka masih coba tiru Soekarnokah oleh cendekiawan yang meradang pada popularitas Emil sepekan terakhir ini?
Tudingan kosong tetap tong kosong, nyaring bunyinya tapi dianggap sepi publik. Tudingan kalangan yang sengit beralih ke pelaku yang kali pertama mengunggah ‘isu’ turis Jerman dengan pujiannya pada Emil. Sebuah drama di jalanan Bandung yang kemudian diparodikan sebagai ‘presiden tertukar’. Nah, kelompok yang gerah dengan atraksi cantik dan tepat sasaran di hati publik menemukan ruang terbuka. Tudingan hoaks segera menyebar, ditabuh sebuah laman berita Islam (bo)sok toleransi. Gara-garanya: ada kader Partai Keadilan Sejahtera.
Betul, kader-kader PKS bertepuk semangat gara-gara lakon ‘presiden tertukar’ ini. Tapi, langsung menuding si pembuat muasal cerita sebagai kader partai ini, ya begitulah. Ini semacam perulangan cerita lama: setiap ada fakta yang mengusik kalangan pendukung penguasa beserta gerombolan serakahnya, tudingan langsung mengarah ke partai tertentu. Salah benar tudingan sudah tidak lagi penting. Padahal, di jagat maya tidak hanya ada komentar polos turis Jerman. Ada juga beberapa kejadian lain dari orang-orang di luar yang saat disodori foto serupa menghasilkan lakon yang sama: presiden tertukar.
“Gara-gara” ada PKS, Emil seperti dianggap angin lalu. Perasaan ini mungkin bisa dilihat saat media arus utama di Ibu Kota, terutama yang dikenal mendukung penguasa Jakarta, memberitakan kiprah Emil. Emil sekadar kearifan lokal yang tidak perlu dibesar-besarkan. Senasib dengan pemimpin muda lainnya yang—lagi-lagi—tidak sepihak dengan penguasa negeri ini. Pujian memang ada, tapi sila bandingkan bila kiprah yang ala kadar diperbuat pemimpin sehaluan awak redaksi.
Padahal, Emil bukan kader PKS. Dia memang maju menjadi wali kota Bandung bersama PKS, yang kadernya menjadi wakilnya. Tapi, Emil resminya usungan Partai Gerindra. Setali senasib dikerjai media dan pendukung penguasa sekarang,membuat dua partai ini seperti banyak temukan kemiripan—kendati ideologi ataupun beberapa poin platform politiknya berseberangan. Tapi di sinilah “keadilan” yang diperlihatkan pendukung ilusi mental penguasa. Karena Emil adalah dukungan PKS, maka Emil bukan pihak yang harus dipuji. Setiap kebaikan yang diperbuat dianggap biasa dan wajar.
Emil dan PKS tentu saja tidak selalu sejalan sebenarnya. Tapi, gara-gara pembeci kopiah dan kacamatanya, juga kasus bersama pendukung penguasa, kimiawi Emil dan PKS menjadi alamiah untuk mengabaikan. perbedaan.
Alih-alih Emil, sebetulnya kalangan pencibir kopiah Emil akan lebih mulia mengkritisi idolanya di Istana Negara. Jangan sampai hanya karena tidak ada PKS, mereka bertindak santai. Atau, jangan-jangan agar semua orang yang selama ini dikenal kritis dan vokal pencibir penguasa terdahulu tapi kini bungkam, harus ada PKS lebih dulu di samping penguasa. Kalau saja Joko Widodo ditemani setia PKS, mungkin orang-orang yang mengaku intelek dan alim itu tidak lagi bisu. Jokowi akan dihujat habis. Bukan karena sosok ini acap bersilat dusta, melainkan karena ada PKS. Dendam pada PKS seolah membuat kalangan ini akan jadi “baik” tiba-tiba.
Masalahnya, mungkinkah mereka—pencela kopiah dan kacamata Emil ini—masih punya hati dan kejujuran?

Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ?

Minggu, 26 April 2015


Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia.
Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini.
Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.
‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Karya Herman Janung Sinutama.
Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
[Image: koin.jpg]
4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.
Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]
Disarikan dari buku: Herman Sinung Janutama,  ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Yang Tersembunyi’, LJKP Pangurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta. Edisi Terbatas Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Yogyakarta Juli 2010.

Sumber

Astagfirullah! Habis Blokir Media Islam, Sekarang Malah Ulama Diperlakukan Seperti Hewan

Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Mustofa B Nahrawardaya mengecam tindakan Densus 88 yang melakukan penangkapan terhadap pengasuh pondok pesantren Tahfidzul Qur’an (penghafal Al-Qur’an) secara brutal.

Aksi aparat tersebut kian menambah deretan panjangan perlakuan zalim terhadap umat Islam. Belum lama media Islam diblokir secara brutal, kini Densus 88 melakukan tindakan keji, memperlakukan ulama seperti hewan.

“Belum juga sembuh rasa sakit kelompok Islam atas perlakuan brutal BNPT dan Kominfo yang memblokir Media Islam tanpa kompromi dan tanpa aturan, kini giliran Densus melakukan tindakan keji. Memperlakukan ulama yang belum jelas duduk persoalannya bagaikan hewan,” kata Mustofa melalui rilis yang diterima Panjimas.com, Sabtu (25/4/2015).

Menurut Mustofa, aparat melakukan penyergapan terhadap tokoh pesantren dengan dasar dugaan, tanpa pertimbangan.

“Hanya berdasar dugaan, lalu menindak ulama tanpa pertimbangan. Jika cara seperti ini tidak bisa dikurangi, maka wacana pemberantasan terorisme jelas percuma. Bukannya teroris berkurang, tapi justru akan menambah jumlah,” ungkapnya.

Mustofa mengungkapkan, Ustadz Basri ditangkap karena diduga memiliki bendera mirip ISIS. Hal ini menjadi kesan ada phobia hal-hal yang berbau Arab.

“Ustadz Basri yang diduga punya bendera “mirip” bendera ISIS, kini hilang. Ada kesan, dalam beberapa tahun terakhir muncul phobia pemerintah terhadap hal-hal berbau Arab. Terbukti, tindakan-tindakan liar terhadap apapun yang berbau Arab, selama ini dilakukan dengan perencanaan dan kesengajaan,” ungkapnya.

Di sisi lain, penzaliman terhadap ulama serta simbol-simbol Islam seperti Al-Qur’an dijadikan barang bukti terorisme kerap terjadi.

“Penyitaan Al-Qur’an dan Buku Tafsir Qur’an serta buku Agama Islam dengan alibi barang bukti terorisme, bukan lagi hal tabu. Pendzaliman terhadap ulama dan pesantren juga sudah biasa,” imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, penangkapan oleh Densus 88 terhadap Tokoh Pesantren kembali berlangsung dengan cara brutal dan sadis terhadap Ulama pengasuh Pondok Pesantren. Peristiwa ini terjadi di Makassar, Jumat (24/4).

Mustofa mengungkap kronologis penangkapan pengasuh pondok pesantren Tahfizdul Qur’an (penghafal Al-Qur’an), sebagaimana yang beredar di media menurut penuturan para saksi.

Tak peduli dengan anak ustadz Basri yang masih balita, Densus 88 menabrak motor yang dikendarai Ustadz Basri hingga terjatuh, lalu disergap seperti hewan.

SUMBER

Penggantian Premium Ditengarai Pesanan Mafia Migas

Senin, 20 April 2015

Eramuslim.com – Rencana PT Pertamina (Persero) menjual pertalite tidak mendapat respons positif anggota tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM). Sebab, ada potensi mengulangi tidak transparannya pengadaan bahan bakar dengan nilai oktan 90 atau 91 itu.
Anggota tim RTKM Fahmy Radhi mencium gelagat tersebut. Menurut dia, nilai oktan terendah yang umum diperdagangkan di dunia adalah oktan 92. Kalau Pertamina berencana mengeluarkan bensin dengan research octane number (RON) di bawah itu, artinya perlu ada pencampuran.
”Lantas apa bedanya dengan premium? Permainan mafia migas bisa terulang,” ujarnya. Karena itu, tim RTKM berencana membahas pertalite pada rapat pekan depan. Kalau perlu, tim yang dipimpin Faisal Basri tersebut ingin bertemu langsung dengan Pertamina.
Pertemuan itu dirasa perlu karena banyak pertanyaan yang ingin disampaikan kepada BUMN energi tersebut. Misalnya, apakah bensin itu diproduksi di kilang Indonesia atau tidak? Blending di dalam atau luar negeri juga berpengaruh. Sebab, ada beda yang cukup besar dalam penentuan harga.
”Kalau di-blending di kilang Indonesia, mungkin masih bisa ditoleransi,” tuturnya. Secara pribadi, Fahmy menilai keputusan Pertamina cukup tanggung. Padahal, tim RTKM berharap bensin di Indonesia minimal RON 92. Meski sama-sama impor, sebut dia, proses pengadaannya lebih mudah dipantau.
Sampai saat ini tim RTKM masih bersikukuh bahwa rekomendasi penghilangan RON 88 atau premium bersifat final. Apalagi, pemerintah sudah merestui rekomendasi itu dengan memberikan waktu dua tahun bagi Pertamina untuk melenyapkan premium. ”Kalau tidak ada transparansi, tim konsisten memaksa pemerintah dan Pertamina melaksanakan rekomendasi,” tegasnya.
Meski siap mengkritisi Pertamina, Fahmy menyadari bahwa posisi tim tidak terlalu kuat untuk mengubah kebijakan perusahaan yang dipimpin Dwi Soetjipto tersebut. Sebab, pertalite merupakan kegiatan korporasi. Tidak seperti premium yang masih ada campur tangan pemerintah.(rz)

initinya zaman jokowi gak ada yang beres.
yang diganti bukan hanya menterinya, tapi pucuk tertinggi negara ini jg harus diganti

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ekspresi Bebas Arowan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger